Saudaraku sekalian. Kali ini saya akan mengajak Anda untuk lebih jauh
mengulik tentang kekayaan flora dan fauna yang ada di bumi Nusantara
ini. Meski ini merupakan hasil penemuan yang sangat sedikit dari yang
sebenarnya, namun setidaknya bisa memberikan gambaran yang lebih jelas
akan anugerah Tuhan yang sangat berlimpah bagi kita.
Dari sekian banyak spesies yang telah ditemukan, berikut ini sebagian penemuan yang bisa dikatakan paling menarik. Diantaranya:
1. Katak bertaring
Inilah monster yang ditemukan pada tahun 2011. Bukan hanya satu,
melainkan 13 spesies. Beberapa ilmuwan asal Indonesia seperti M Iqbal
Setiadi, Jatna Supriatna dari Universitas Indonesia, dan ilmuwan lainnya
terlibat dalam penelitian yang dipublikasikan di American Society of
Naturalist pada 18 Juli 2011.
Sejumlah 13 spesies katak bertaring masuk dalam genus Limnocetes.
Ciri katak ini adalah memiliki tonjolan serupa taring di rahang bagian
bawah. Ada satu spesies yang memiliki kaki berselaput tebal seperti kaki
bebek untuk beradaptasi dengan derasnya arus sungai. Ada juga katak
yang melakukan fertilisasi internal atau pembuahan dalam tubuh serta
memelihara anakannya. Cara ini langka karena umumnya katak melakukan
fertilisasi eksternal dan tidak memelihara anakan.
2. Monster Garuda
Spesies ini tentu saja bukan monster yang sebenarnya. Dia sejatinya
adalah Tawon spesies baru yang ditemukan di Mekongga, Sulawesi. Nama
ilmiah untuk spesies ini belum ditetapkan, tetapi memakai nama “Garuda”
karena berasal dari Indonesia.
Tawon spesies ini dijuluki monster karena penampakannya yang
menyeramkan, memiliki mandibula (rahang bawah) bak ninja, dan rahang
yang lebih besar dari kaki depannya. Sejumlah peneliti dari Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI) terlibat dalam penemuan spesies ini.
3. Kelelawar Sulawesi
Jenis kelelawar yang ditemukan di Sulawesi ini adalah Thoopterus
suhaeniahi. Pakar kelelawar dari LIPI, Ibnu Maryanto, adalah penemunya.
Kelelawar tersebut berperan dalam penyerbukan kayu besi. Spesies
kelelawar ini adalah salah satu wujud kekayaan jenis kelelawar di
Indonesia. Sebanyak 225 jenis kelelawar saat ini eksis di Nusantara,
atau 11% dari total kelelawar yang ada di dunia.
4. Ikan penipu
Laut Indonesia maha kaya. Sampai-sampai, ada spesies ikan penipu yang
ditemukan di Laut Sulawesi. Ikan penipu ini sungguh hebat sehingga bisa
mengelabuhi gurita “master penipu”. Penipu di sini perlu diklarifikasi
dulu. Penipu berkaitan dengan kemampuan komuflase hewan laut. Beberapa
hewan laut punya kemampuan berakting layaknya spesies lain sehingga
terhindar dari predator.
Ikan penipu tersebut ditemukan oleh penyelam Godehard Kopp ketika
sedang menyelam di Selat Lembeh, Sulawesi Utara. Ikan penipu tersebut
diperkirakan merupakan
black-marble jawfish (
Stalix cf. histrio). Kopp merekam perilaku ikan penipu tersebut. Dalam rekamannya, ikan penipu itu sedang berada di dekat Gurita Penyamar (
Thaumoctopus mimicus),
salah satu master komunflase alias penipu spesies lain. Ikan penipu
tampak mengikuti ke mana pun gurita pergi. Ikan itu bahkan tampak bagai
tentakel gurita penyamar (lihat tanda panah merah pada foto di atas). Ia
bergerak mengikuti ke mana pun sang gurita penyamar pergi. Alhasil,
ikan penipu itu sukses mengelabuhi gurita penyamar yang tak menyadari
bahwa di dekatnya ada spesies berbeda yang mungkin saja bisa dijadikan
mangsa.
Hasil rekaman tersebut dikirimkan ke Luiz Rocha dan Rich Ross, biolog
dari California Academy of Sciences. Lalu hasil analisisnya
dipublikasikan di jurnal
Coral Reefs. Rocha dan Ross terkejut
dengan penemuan ini. Seperti dikutip National Geographic, Kamis
(5/1/2012), Rocha mengatakan, “Kita tidak pernah melihat yang seperti
itu sebelumnya.”
5. Ikan pelangi dari Raja Ampat
Spesies ikan pelangi yang cantik ditemukan di wilayah eksotis Raja
Ampat, bagaikan peri atau bidadari dari surga. Nama spesies ikan pelangi
yang ditemukan adalah Melanotaenia salawati. Penemuannya dipublikasikan
di
International Journal of Ichtyology Cybium. Ilmuwan asal Indonesia, Kadarusman Loba, adalah salah satu yang terlibat dalam penemuan ini.
Ikan Pelangi Salawati ditemukan di Sungai Doktor, bagian barat Pulau
Salawati, sekitar 64 km dari Sorong. Spesies ini memiliki tubuh berbalut
warna ungu serta tutup insang yang berwarna emas dengan noktah hijau.
Bagian perutnya berwarna violet dengan noktah biru. Ikan Pelangi
Salawati adalah spesies ikan pelangi ke-19 yang ditemukan di wilayah
Kepala Burung Papua.
Papua, yang sering disebut juga pulau cendrawasih tak henti-hentinya
membuat para ilmuan penasaran, mereka mengatakan inilah salah satu
tempat dimuka bumi paling misterius yang menyimpan banyak spesies unik
dan mengagumkan yang belum ditemukan. Dalam kurun waktu 10 tahun saja
mereka menemukan lebih dari puluhan spesies baru di pulau yang dibagi
menjadi dua negara itu.
6. Striking damselfish
Adalah salah satu dari 1.060 spesies baru yang ditemukan pada atau dekat
pulau New Guinea (lihat peta) antara tahun 1998 dan 2008, menurut
sebuah laporan baru. Pulau tropis terbesar bumi terbagi antara Indonesia
di barat dan Papua Nugini di timur.
7. Giant Bent-Toed Gecko
Beberapa spesies reptilia 43 baru ditemukan di papua nugini selama
sepuluh tahun periode laporan, termasuk ini Giant Bent-Toed Gecko,
ditemukan tahun 2001 di Indonesia.
8. Kadal biru kehijauan
Ditemukan di pulau Batanta, dari Semenanjung Papua, pada tahun 2001.
Menjangkau sampai dengan 3,3 meter (meter) panjangnya, spesies ini salah
satu penemuan paling spektakuler reptil di mana saja,” menurut WWF.
9. Kuskus bermata biru
Blue-Eyed Spotted Cuscus adalah
possum kecil yang
ditemukan pada tahun 2004 di Indonesia Nugini. Secara keseluruhan, pulau
keragaman tertinggi pohon-tinggal marsupial di dunia, dengan 38 spesies
yang luar biasa.
10. Snub-Fin Dolphin
Para ilmuwan membuat penemuan yang tak terduga di selatan perairan Papua
nugini pada tahun 2005: spesies baru lumba-lumba yang disebut
Snub-Fin Dolphin.
11. Wattled Smoky Honeyeater
Ditemukan pada tahun 2005 selama ekspedisi Conservation International ke
berselimut kabut dari pegunungan Foja Propinsi Papua di Indonesia.
12. “Magnificent” Orchid
“Magnificent” Orchid Dendrobium limpidum secara resmi bernama
pada tahun 2003. Kemudian di temukan kembali di tahun 2011. Meskipun
pengakuan terakhir, bunga dan kekayaan alam lainnya di New Guinea akan
segera menghilang. Antara 1972 dan 2002, sekitar 24 persen dari hutan
hujan Papua New Guinea telah dibersihkan atau terdegradasi oleh
penebangan atau pertanian subsisten, menurut laporan WWF.
13. Anggrek Frankieana
Anggrek yang bernama latin Vanda frankieana ini ditemukan oleh ilmuwan
LIPI, Destario Metusala, yang bekerja sama dengan pakar anggrek
Singapura, P O’Byrne. Penemuan spesies ini dipublikasikan di
Malesian Orchid Journal volume 9 tahun 2012 nanti.
Vanda frankieana
tumbuh alami di Kalimantan. Spesies ini memiliki 1-5 kuntum bunga yang
cukup besar, kaku, dan mengilat seperti berlilin dengan lebar 3,8-4,4 cm
dan tinggi 3,6-4,2 cm. Sosok tanaman dapat mencapai tinggi 50 cm. Jenis
anggrek ini berbunga pada bulan November, Desember, Februari, dan
Maret. Warna bunganya kuning cerah dengan totol merah marun. Usaha
mendeskripsikan anggrek ini sebagai spesies baru sudah dilakukan sejak
140 tahun lalu.
14. Fleshy-Flowered Orchid
Adalah salah satu dari delapan spesies anggrek baru yang ditemukan di wilayah Kikori Nugini selama survei selama satu dekade.
*****
Jadi, mengetahui akan hasil penemuan di atas
– meski sangat banyak lagi yang lain di luar sana -, maka sudah cukup
membuktikan bahwa memanglah tanah air kita ini tiada tandingannya di
dunia. Banyak spesies flora dan fauna yang hanya di temukan di
Nusantara. Dan bila seandainya dibentuk sebuah lembaga khusus; dengan
alokasi anggaran khusu; dan fasilitas khusus, yang tugasnya hanya
mencari, meneliti dan melestarikan semua kehidupan flora dan fauna di
Nusantara ini, maka bisa dipastikan akan membuat siapa pun menjadi
semakin terkagum akan kekayaannya.
Namun, sebagaimana yang kita ketahui
bersama, bahwa itu semua hanyalah sebatas cita-cita yang belum tercapai.
Pemerintah dalam hal ini, tidak pernah serius memikirkannya apalagi
memasukkannya ke dalam proker utama dalam RAPBN, karena sibuk dengan
urusan politik dan koalisi partai, yang ujung-ujungnya hanya “bagi-bagi”
uang miliki rakyat. Sehingga yang lebih peduli, banyak berekspedisi,
meneliti dan menemukan spesies baru adalah pihak asing. Padahal bila
bangsa ini mau serius mewujudkannya, maka bisa dipastikan akan
mendatangkan keuntungan di berbagai bidang, seperti: ekonomi,
pendidikan, sains dan teknologi, medis dan bahkan politik. Sungguh
sangat di sayangkan.